Masa
kanak – kanak merupakan salah satu masa – masa yang bisa dibilang
vital. Pertumbuhan fisik dan juga kognitif pada masa kanak – kanak
berkembang pesat, apalagi pertumbuhan kognitifnya. Untuk mendukung hal
ini, maka sudah pasti dibutuhkan asupan nutrisi yang seimbang dan juga
cukup untuk membantu menstimulasi perkembangan kognitif anak – anak
menjadi lebih baik, dan juga optimal. Nutrisi yang dibutuhkan ini bisa
diperoleh dari berbagai macam makanan, yang mengandung vitamin, mineral,
dan juga zat – zat penting yang dibutuhkan oleh anak – anak dalam
perkembangannya.
Namun
demikian, yang namanya anak – anak, masalah makan pun sering muncul.
Banyak anak – anak yang rewel dan tidak mau makan – makanan tertentu,
padahal makanan tersebut memiliki gizi tinggi dan sangat penting untuk
perkembangannya saat itu. Hal ini tentu saja membuat orangtua putar otak
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang ada. Ada orang tua yang
memaksakan, dan memberikan hukuman ketika anak rewel dan tidak mau
makan. Ada pula orangtua yang mengganti makanan dengan suplemen. Kedua
hal ini mungkin merupakan baik menurut orangtua, namun masalahnya,
metode tersebut malah membuat anak – anak semakin tidak suka dengan
makanan tertentu, atau malah merasa bahwa makan adalah sebuah momen yang
mengerikan bagi mereka.
Prinsip Modifikasi Perilaku untuk Anak
Cara
yang bisa dilakukan oleh orangtua adalah menerapkan prinsip – prinsip
modifikasi perilaku. Prinsip – prinsip modifikasi perilaku ini sangat
mudah untuk diterapkan kepada anak – anak. Modifikasi perilaku pada
kasus ini adalah untuk mengubah perilaku anak, dari yang tidak mau makan
makanan tertentu, menjadi mau untuk mengkonsumsi makanan tertentu.
Dalam modifikasi perilaku, terdapat dua hal yang mampu untuk menguatkan
perilaku, membangun perilaku baru, atau bahkan menghilangkan perilaku
lama, yaitu menggunakan prinsip reinforcement (penguatan / hadiah) dan
punishment (hukuman). Reinforcement dan punishment merupakan dua poin
penting dalam kesuksesan modifikasi perilaku.
Reinforcement
sendiri terbagi kedalam dua bentuk, yaitu reinforcement positif dan
juga negative. Reinforcement positif merupakan penguatan suatu perilaku,
dengan cara memberikan stimulus yang menyenangkan, misalnya memberikan
mainan, pujian, uang, dan sebagainya. Sedangkan negative reinforcement
adalah penguatan yang dilakukan dengan cara menghilangkan stimulus yang
tidak menyenangkan, misalnya saja ketika seseorang dipenjara, namun
berbuat baik, maka dia akan dibebaskan.
Sedangkan punishment sendiri berperan sebagai hukuman dalam modifikasi perilaku, terbagi menjadi dua, yaitu punishment negative dan juga positif. Punishment negative adalah menghadirkan stimulus – stimulus yang tidak menyenangkan, misalnya dipukul, dikurung, dijauhi, tidak diajak bicara, dan sebagainya. Sedangkan punishment positif adalah dengan cara menghilangkan atau mengurangi stimulus – stimulus yang menyenangkan, misalnya saja uang jajan dikurangi, jam bermain dikurangi, dan sebagainya.
Penerapan modifikasi perilaku pada anak yang sulit makan
Prinsip
modifikasi perilaku menggunaan reinforcement dan juga punishment sangat
efektif dilakukan pada anak – anak, karena anak – anak mudah untuk
dibujuk, apalagi dengan menggunakan reinforcement berupa benda yang
mereka sukai atau inginkan. Misalnya saja, Rini, seorang anak SD sangat
tidak suka akan sayuran dan juga buah – buahan sama sekali. Rini selalu
menolak untuk makan, dan mengancam tidak akan makan apabila terdapat
sayur dan juga buah di dalam meja makan. Dari kasus seperti ini, kita
bisa menggunakan prinsip modifikasi, dengan langkah – langkah yagn
mudah, yaitu:
1. Tentukan
terlebih dahulu stimulus menyenangkan dari si anak. Misalnya si anak
suka dengan coklat, mainan baru, boneka baru, jalan – jalan di taman
kota, ataupun berkunjung ke rumah neneknya.
2. Setelah
menentukan stimulus yang menyenangkan tentukan juga stimulus yang tidak
menyenangkan, misalnya saja tidak boleh bermain pada waktu libur, tidak
boleh menonton TV, ataupun tidak boleh berjalan – jalan ketika libur.
3. Setelah
menentukan stimulus menyenangkan dan tidak menyenangkan, anda bisa
membuat pola, bagaimana reinforcement akan diberikan, dan kapan
punishment akan diberikan. Untuk lebih mudahnya, berikut ini adalah
contoh polanya, yang bisa anda lakukan secara bervariasi, dan dilakukan
bertahap :
Menggunakan prinsip reinforcement :
a. Sediakan
sayur, buah, dan juga coklat di meja makan, dan katakan bahwa Rini
boleh memakan coklat ketika Rini sudah selesai makan sayur dan juga
buah.
b. Katakan
kepada RIni, “nanti siang kita akan jalan – jalan ke rumah nenek. Tapi,
kalau kamu mau ikut ke rumah nenek, maka kamu harus makan dulu sayur
dan buahnya ya”.
c. Katakan
kepada RIni,” Ibu punya mainan baru loh buat Rini. RIni mau lihat
tidak? Kalau RIni mau lihat, makan dulu buah dan juga sayurnya.”
Menggunakan prinsip punishment
a. Katakan
kepada Rini “Ayo dimakan buah dan sayurnya dulu, nanti kalau tidak
dimakan, Rini tidak boleh jalan – jalan ke rumah nenek loh”.
b. Katakan kepada Rini “Rini, nanti Rini tidak boleh ikut ke Taman yah, soalnya Rini tadi tidak mau makan sayur sama buah sih”.
4. Proses
modifikasi perilaku ini tidaklah mudah, dan bisa saja belangsung lama.
Agar lebih mudah berhasil, maka orangtua juga harus bisa mengasosiasikan
buah dan sayur Rini ini, menjadi sesuatu yang menyenangkan. Misalnya
saja, dengan mengatakan “Tuh lihat, Barbie yang cantik saja makan sayur
dan buah, masa kamu tidak mau sih?”
Seperti
itulah kira – kira prinsip dari penerapan modifikasi perilaku pada anak
– anak yagn mengalami kesulitan makan. Hal ini bisa dikembangkan,
sesuai dengan masalah perilaku anak, dan juga disesuaikan dengan minat
dari anak, yang tentunya bisa anda rancang sendiri di rumah.
No comments:
Post a Comment