Sekilas,
workaholik atau gila kerja dan kinerja yang tinggi terlihat mirip.
Tetapi dalam kenyataannya, keduanya tidaklah sama. Perbedaan besarnya
bukan terletak pada jumlah jam bekerja mereka, tapi bagaimana individu
tersebut berpikir tentang siapa mereka dalam hubungannya dengan
pekerjaan mereka. Ada tiga hal menarik yang membedakan antara workaholik
dan berkinerja tinggi.
1. Karyawan Berkinerja Tinggi Bersikap Proaktif Sedangkan Workaholik Bersikap Reaktif
Karyawan atau pekerja yang berkinerja tinggi memilih untuk mengevaluasi pekerjaan mereka daripada menunggu umpan balik dari orang lain. Bahkan, calon karyawan berkinerja tinggi biasanya mempelajari visi dan misi calon perusahaan, siapa saja personil inti perusahaan, dan deskripsi pekerjaan sebelum diwawancarai. Dari sana, mereka mengembangkan pernyataan persuasif yang menggambarkan nilai lebih yang dapat mereka berikan bagi perusahaan. Ketika sudah bekerja, karyawan jenis ini akan mencari tahu apakah mereka pekerjaan mereka bermanfaat bagi orang-orang yang bekerja di sekitarnya dan tentunya perusahaan. Mereka juga tidak segan bertanya mengenai kualitas kerjanya daripada menunggu laporan triwulan atau tahunan. Intinya, mereka merasa aman karena kinerja yang mereka tampilkan.
Seorang workaholik, di sisi lain, bergantung sepenuhnya pada orang lain untuk menilai kinerja mereka. Mereka mengamankan posisi dengan cara menyibukkan diri, namun tidak pernah bertanya apakah pekerjaannya itu benar dan bermanfaat bagi sekitar dan perusahaan. Fokus mereka adalah kerja keras, kerja cepat, dan memastikan bahwa mereka tetap terlihat sibuk di depan orang lain. Karena itu, jarang sekali seorang workaholik yang bekerja lebih baik dari rekan-rekannya. Mereka sering tidak memahami apakah ia cukup produktif atau tidak.
2. Karyawan Berkinerja Tinggi Bekerja 100% Pada Waktu yang Tepat, Sedangkan Workaholik Bekerja 110% Sepanjang Waktu.
Seorang karyawan yang berkinerja tinggi tahu bahwa, seperti ekonomi, bisnis datang dalam gelombang-gelombang. Oleh karena itu, mereka bersiap-siap menyambut gelombang tersebut. Ketika ada jeda, mereka menghabiskan waktu menyusun strategi agar mereka dapat memastikan rencana yang sudah dibuat akan mencapai hasil. Hal ini membuat mereka berorientasi pada hasil.
Workaholik, di sisi lain, mengisi setiap ruang dalam waktu dengan sibuk bekerja karena mereka merasa tidak aman jika melakukan apa-apa. Ketidakamanan datang dari ketidakan tahu akan nilai mereka sendiri bagi perusahaan atau orang lain. Tujuan nomor 1 seorang workaholik adalah sibuk, atau nampak sibuk, sepanjang waktu.
3. Karyawan Berkinerja Tinggi Mengambil Inisiatif, Sedangkan Workaholik Bersikap Reaktif
Karyawan berkinerja tinggi merencanakan dan mengurutkan pekerjaan sebelum bekerja. Karena itu, mereka terbiasa memberikan prioritas utama untuk pekerjaan yang paling penting. Setelah semua rencana terlaksana, mereka akan melanjutkan fokus pada pekerjaan yang tidak direncanakan.
Sebaliknya, seorang workaholik didorong sepenuhnya oleh gangguan luar seperti membaca email. Alasannya? Karena tujuan konstan workaholik adalah menjadi sibuk, meskipun pekerjaannya itu tidak lebih penting atau bahkan tidak terlalu diperlukan.
No comments:
Post a Comment