Filosofi Bola
Jika Anda berada di dalam sebuah organisasi, tentu Anda pernah mengalami peristiwa yang bernama tekanan. Apapun itu bentuk organisasinya, entah korporat profesional, organisasi kelas teri, kelas combro, ataupun organisasi dalam kemahasiswaan semua serempak akan dihadiri dengan yang namanya tekanan tesebut. Tekanan yang ada di dalamnya pun banyak disebabkan oleh beberapa faktor dari luar maupun dari dalam diri kita sendiri.
Di lain hal, pernahkah Anda melihat pertandingan sepak bola? Tentu kita pernah menyaksikannya, bukan? Ya, dalam pertandingan tersebut hanya ada satu bola yang akan diperebutkan oleh seabrek manusia di dalamnya. Kesebelas pemain dikalikan dua sama dengan 22 orang. Sebanyak itulah yang akan memperebutkan bola yang hanya berukuran tak sampai seperempat meter tersebut.
Yang menariknya lagi, adalah dalam pertandingan tersebut hanya akan melahirkan satu tim pemenang. Dan kesemua tim pemenang, rata-rata mereka adalah tim yang memiliki tingkat kepercayaan terhadap rekannya sangat tinggi. Kepercayaan yang dibangun terlihat daripada permainan yang cantik mengalir khas umpan satu-dua.
Jarang sekali ada sebuah tim yang, buruk dalam kekompakan namun dapat keluar sebagai pemenang, terkecuali hanya sebatas keberuntungan Dewi Fortuna di belakangnya. Atau keberuntungan karena wasit yang bersekongkol main belakang oleh oknum tertentu.
Mengambil korelasi dari filosofi bola di dalam sebuah organisasi, sejatinya organisasi tersebut akan maju manakala kekompakan dan saling percaya itu muncul dan tumbuh di setiap sanubari anggota di dalamnya. Tekanan yang menghadang akan mudah untuk diselesaikan jika taktik satu-dua saling bantu direalisasikan.
Kepercayaan ini sangatlah penting dimunculkan, dengan latar belakang yang berbeda-beda akan sangat mustahil jika kepercayaan tersebut tak lebih besar dari kecurigaan yang ada di antaranya. Perlu adanya saling percaya untuk menyerahkan bola tanggung jawab yang sedang dipegang manakala, posisinya sangat tidak memungkinkan.
Hilangkan rasa gengsi di dada ataupun perasaan jumawa, merasa paling hebat daripada yang lainnya. Karena hal tersebut justru akan menghancurkan kekompakan tim. Perasaan itu menggiring tim menuju jurang kehancuran dan saling permusuhan di antara sesama anggota di dalamnya.
Karena sebuah permainan yang menganut sistem organisasi akan sangat rawan untuk terjadinya konflik. Entah itu konflik pribadi, konflik kepentingan, hingga konflik politik kecil yang menghiasinya. Dalam sepakbola filosofi konflik kepentingan pun kerap muncul adanya. Hal ini terlihat ketika sebuah pemain ingin merebut simpati sang pelatih untuk selalu dimainkan di tiap pertandingannya. Ia akan berubah tiba-tiba menjadi pemain serakah demi mencatatakan namanya di papan skor tanpa peduli dengan skor akhir dari sebuah tim.
Begitu pula organisasi. Dalam organisasi kepentingan akan selalu menghiasi karena sebuah kepentingan merupakan hasrat abadi setiap insan. Semoga kita dijauhkan dari hasrat nafsu tersebut.
banyak konflik kepentingannya ya mas.hehehe
ReplyDelete