Pagi ini badan
terasa berbeda dari hari biasanya. Pagi ini ibarat atlit karate yang lagi
bertanding, saya terkena chudan shuki plus maegeri jodan di kepala dan ulu
hati, hingga badan tak kuasa untuk bangun dari empuknya pulau kapuk. ya
pemberat itu bernama sakit.
Tentu diantara
kita pernah merasakan yang namanya sakit. Sebenarnya sakit ini merupakan kasih
sayang Allah yang diberikan kepada kita. Mengapa demikian? Ya jika anda tak
dapat merasakan sakit, maka anda tak akan pernah merasakan cinta kasih dari
orang orang di sekitar anda. Ketika anda sakit maka limpahan kasih sayang pun
seakan tertuju pada diri kita. Mulai dari emmak, bapak, adik, kakak, hingga
pendamping hidup pun tak kalah heboh semaksimal mungkin untuk memperhatikan
kita. Dengan harapan agar
kita cepat sembuh dan beraktivitas normal seperti biasanya.
Dalam sakit pun
terkandung sebuah hikmah di dalamnya.
Hikmah yang memang wajib di rasakan oleh anak manusia. Hikmah diberikannya rasa
sakit ini seperti sebuah
proposal untuk berhati-hati
dalam bersikap dan tak sombong dalam kehidupan kita. Pelajaran untuk tak
sekali kali merasa paling kuat di dunia ini, sehingga nantinya kita akan berpikir
dua kali jika hendak berbuat aniaya
kepada orang lain terutama berbuat aniaya terhadap diri sendiri.
Mungkin berbuat
aniaya terhadap orang lain akibat kesombongan sangat nampak untuk di
perhatikan. Namun apabila hal tersebut berbuat
aniaya terhadap diri sendiri belum tentu
nampak. Ibarat pribahasa, semut di sebrang kan nampak, namun gajah di
pelupuk mata tak kan nampak.
Pelajaran yang berharga ketika sakit saat ini adalah, tentang bagaimana kita diajarkan untuk peka terhadap suara
rengekan daya tahan tubuh. Dan jangan sampai akibat kesombongan dan kecongkakan tersebut, kita merasa sakti
untuk mendengar rengekan ini.
Dari sakit ini
juga, kita di anjurkan untuk selalu
peka dan tak terlalu gila dalam mengejar materi dunia hingga melupakan harta
yang paling berharga dalam hidup,
yaitu kesehatan. Karena apalah arti materi yang berlimpah namun kita tak mampu
untuk menikmatinya. Apalah arti dari banyak harta benda kalo hanya untuk di
buang lagi ke rumah sakit demi kesehatan kita.
Tak ada salahnya
memang ketika kita semangat untuk mengejar harta dunia, dengan bekerja tak
kenal lelah dan waktu. Seolah olah kita akan hidup selamanya di dunia ini.
Namun kata tersebut juga harus di seimbangkan dengan kata istirahatlah yang
saya semaknai dengan ibadah. Ya sebuah hadist yang mengatakan di lanjutan
bekerja tersebut adalah ibadah. “beribadahlah seakan-akan anda mati esok hari”.
Dari sakit ini
kita di ajarkan sebuah perenungan diri, tentang apa saja yang kita lakukan di
dunia ini. Bisa jadi kita tak akan tau tentang, seberapa lama lagi kita masih
eksis di dunia ini. Dunia yang fana seperti lirik lagu dari grup band
legendaris indonesia good bless. Tetap perhatikan suara hati karena ibarat
negara bercorak demokrasi, maka hati ini adalah ibarat rakyat. Dan suara rakyat
adalah suara setinggi-tingginya suara konstitusi dan tatanan negara. Dan
setinggi-tingginya suara rakyat dalam satu negara, tetap ada suara yang maha
tinggi yaitu Suara Allah sang pencipta semesta alam.
Muhamad Fadho Tamimy
Founder Lautan Psikologi
No comments:
Post a Comment