Kita
sering berkeluh kesah akan datangnya hujan yang membasahi daerah kita.
Kita pun tak segan untuk memaki setiap keadaan yang di sebabkan oleh
hujan yang tiba-tiba turun di waktu tidak tepat. Barangkali saat kita
hendak berpergian ataupun merencana pun hujan kerap menjadi sosok yang
tak diundang kehadirannya.
Ujug-ujug
hujan. Ujug-ujug basah. Ujug-ujug jalanan becek, dan ujug-ujug banjir
pun siap menggenang. Tambah semrawutlah suasana hati kita. Terlebih
ujug-ujug yang terakhir itu (banjir) melanda sekitar lingkungan kita.
Pernahkah
kita sedikit melihat dari sudut pandang yang lain. yah benar dari sudut
pandang positif tentunya. Dalam psikologi sendiri memandang dari sudut
pandang positif adalah salah satu terapi yang digunakan untuk
merekronstruksi kondisi stress akibat kesalahan persepsi dalam diri.
Nah
inilah yang patut untuk kita terapkan dalam diri. Bisa jadi keluh kesah
yang sering kita lakukan akibat peristiwa hujan dan banjir ini adalah
bentuk dari miss persepsi atau kesalahann persepsi yang kita munculkan
dalam diri sendiri. Dan terapi yang pas dan tepat adalah dengan memulai
mencoba melihat dari sudut pandang hikmah.
Hujan
dan banjir yang terjadi sejatinya adalah berkah dan hikmah bagi umat
manusia. Mengapa demikian? padahal kita kerap kali dirugikan atas
kehadiran hujan dan musibah. Yuk monggo di tela'ah ulang, banjir adalah
mekanisme yang ditunggu oleh para petani yang menunggu tanamannya
disirami alam secara "gratis". Para petani tak membutuhkan biaya yang
besar untuk melakukan pengairan. Itu adalah satu hikma dan berkah.
Berkah
lain dari hadirnya banjir adalah sama dengan sumber rezeky oleh para
ojek banjiran dan bengkel servis yang seringkali kebanjiran order
service oleh motor yang mogok akibat banjir yang melanda. Jika kita
ikhlas dari keadaan tersebut, secara tidak langsung kita merelakan momen
banjiran sebagai lumbung berkah mereka yang bisa jadi di hari biasa
tidak merasakan hal serupa.
Toh
banjir dan hujan tidak setiap hari menghampiri diri ini bukan? Dari
hujan dan banjir juga, kita di ajarkan makna untuk selalu perhatian
dengan lingkungan sekitar. Lingkungan yang tengah ngambek karena
dicuekin oleh para penghuninya.
Bagaikan
seorang gadis yang di PHP (pemberi harapan palsu) oleh pemuda karena
tak jua ditepati janji untuk menghalalkannya. Begitu juga alam, yang
menunjukkan rasa ngambeknya dengan tak sudi menampung limpahan air hujan
dalam diri mereka.
Jika
sudah begitu, kita sebagai manusia yang mencuekinya haruslah melakukan
introspeksi diri. Bukannya justru ngambek balik, atau bahkan berkeluh
kesah, hingga mengeluarkan sumpah serapah terhadap keadaan.
No comments:
Post a Comment