Sumber: sindonews.com |
Beberapa hari ini di
balaikota Jakarta kita lihat beberapa karangan bunga yang sangat banyak. Karangan
bunga yang sebagian besar memberikan support untuk dedikasi gubernur petahana
yang baru saja kalah di pemilihan gubernur menarik untuk di bahas. Hal ini
dikarenakan, sangat jarang terjadi seperti dengan gubernur, gubernur DKI Jakarta
sebelumnya atau bahkan Gubernur di daerah lainnya.
Memang tak bisa di
kesampingkan peran Ahok dalam melakukan dan menerapka kebijakan yanga ada di
lingkungan Jakarta. Beberapa kebijakan diklaim oleh segelintir orang sukses
membenahi kota Jakarta namun banyak pula yang masih belum begitu puas dengan
hasil kebijakan yang telah diterapkannya. Salah satu hal yang menjadi sorotan
adalah reklamasi, penggusuran, dan
ucapan kontroversial yang kerap membuat gaduh.
Jika ditelisik lagi,
ada hal-hal yang ternyata ganjil dalam karangan bunga tersebut. Keganjilan tersebut
nampak, dimana tiba-tiba banyak sekali karangan bunga yang seolah-olah adalah
representasi dari masyarakat Jakarta secara keseluruhan. Walaupun jika kita
cermat untuk melihat lebih jauh lagi, sebenarnya harapan orang untuk hadirnya
gubernur baru lebih besar daripada gubernur petahana.
Keganjilan lain pun
juga terasa dimana karangan bunga yang ada di balaikota tersebut seakan-akan di
mobilisasi oleh kalangan tertentu yang ingin memberikan citra bahwa sudah
sepantasnya petahana untuk tetap memimpin Jakarta. Setelah gencar media-media
dan buzzer yang pro dengan petahana gagal membendung kemenangan
Anis-Sandi,framing pun terjadi lagi lewat karangan bunga dan pemberitaan.
Hingga puncaknya adalah
tulisann yang berada di salah satu karangan bunga, yang sangat kontroversial. Yah,
dikarangan bunga yang di maksud di akhir kalimat bertuliskan “Kecuali Yang
Intoleran”. Hal ini tentu membuat prihatin dan berpotensi membuat sebagian umat
muslim lainnya tersakiti lagi. Bagaimana tidak, hal ini tentu saja menggiring
opini, bahwa masyarakat yang mendukung Anis-Sandi adalah orang-orang yang
marginal dalam urusan toleransi beragama.
Jika hal ini tidak
disikapi dengan baik, tentunya akan membuat dampak yang merugikan bagi keutuhan
berbangsa dan bernegara kedepan. Sikap cerdas dari netizen juga dipertaruhkan
dalam hal ini untuk tidak semakin membuat gejolak lewat dunia maya. Khususnya sosial
media.
Pilkada DKI Jakarta sudah
usai, sudah saatnya menata kembali kehidupan bersosial dan bermasyarakat. Pihak-pihak
tertentu yang ingin membuat framing pertentangan kembali sudah saatnyalah sadar
diri untuk melakukan hal tersebut.
Memberikan karangan
bunga untuk mensupport mereka yang kalah dalam laga, tidaklah masalah, namun
penting kiranya untuk tetap menjaga keutuhan pihak yang mengalahkan. Karena sejatinya
kemenangan sejati bukanlah saat orang tersebut berhasil memenangkan sebuah laga
dalam kompetisi, namun kemenangan sejati adalah saat kekalahan yang diterimanya
mampu diterima dengan legowo. Karena sikap legowolah yang akan tetap
memenangkannya dalam hati setiap para pendukungnya.
No comments:
Post a Comment