Sebagai masyarakat psikologi
tentu Anda sering merasakan bagaimana Anda dianggap memiliki kekuatan magic
dalam menebak kepribadian seseorang. Bahkan tak jarang sering dikait-kaitkan
dengan sosok cenayang yang memiliki kekuatan untuk memprediksi apa yang di
pikirkan seseorang hanya dengan melihat sekejap mata.
Dari kasus di atas saya
mencatat ada beberapa hal yang melatar belakangi mengapa anggapan seperti itu
tercipta di benak masyarakat. Beberapa hal ini diambil dari beberapa pengalaman
saat sedang berinteraksi dengan masyarakat secara umum maupun pengalaman yang
dimiliki oleh psikolog secar langsung.
Hal pertama yang menjadi
penyebab mengapa sosok psikolog seringkali disamakan dengan seorang cenayang
adalah karena belum banyak masyarakat yang memahami psikolog itu sendiri.
Akibat miss persepsi dari awal dimana psikolog menempuh pendidikan di bidang
ilmu psikologi yang dianggap mempelajari bagaimana cara memahami orang lain.
Akhirnya hal tersebut juga melekat kuat pada sang psikolog yang notabenenya
mempelajari ilmu psikologi.
Tak hanya saat sang psikolog
telah resmi menjadi psikolog saja, saat ia menjadi mahasiswa pun tak sedikit
yang sudah dianggap sebagai ahlinya dan dimintai pendapatnya mengenai
kepribadian seseorang. Entah ia mahasiswa lama maupun baru mereka
digeneralisirkan mampu membaca kepribadian.
Sebagai informasi kalian
para pembaca mengenai profesi psikolog maupun jurusan psikolog, ilmu psikologi
merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang perilaku, fungsi mental,
dan juga proses mental manusia secara keilmiahan. Sedangkan para praktisi yang
menekuni bidang psikologi itu sendiri disebut sebagai psikolog. Di indonesia
seorang psikolog adalah mereka yang telah menyelesaikan pendidikan s1 di bidang
psikologi dan melanjutkan magister profesi psikologi.
Guna melengkapi praktik
secara resmi, sama seperti para dokter yang harus mengurus izin dari asosiasi
yang legal. Di jika dokter memiliki idi sedangkan psikologi memiliki HIMPSI.
Alasa kedua yang menjadi
penyebab psikolog disamakan dengan cenayang adalah karena dahulunya saat mereka
menjadi mahasiswa seringkali dengan percaya diri menebak-nebak sendiri
kepribadian seseorang. Bagi orang yang memiliki tingkat narsis tinggi tentu
akan sangat mudah sekali terperdaya pada saat mahasiswa psikologi menebak
kepribadiannya. Mereka tiba-tiba akan menyatakan kesetujuannya dengan klaim
tebakan yang di lontarkan oleh mahasiswa psikologi.
Hal inilah yang menjadi
penyebab orang-orang yang mempelajari ilmu psikologi di jurusan psikologi
sering dianggap sebagai orang-orang special yang memiliki tingkat ilmu meramal
bak cenayang. Sebagai informasi utama bahwa seorang psikolog yang hendak
mengkategorikan kepribadian seseorang memerlukan beragam mekanisme. Diantaranya
adalah observasi, wawancara, dan juga dengan melakukan tes psikologi/psikotes.
Penyebab ke 3 kesalahan
persepsi tentang psikolog khususnya dan ilmu psikologi pada umumnya adalah
banyaknya ulasan pseudoscience (ilmu yang tidak ilmiah namun seolah-olah
ilmiah) tentang psikologi ini. Seringkali ulasan tentang menebak kepribadian
berdasarkan golongan darah, bentuk wajah, sampai dengan trik-trik membaca
kepribadian sering mengatasnamakan ilmu psiklogi. Akhirnya hal tersebut
berimbas pada konotasi ilmu psikologi yang sama dengan ilmu magis bak
paranormal.
Hal tersebt diperparah
dengan para penulisnya tidak memiliki sama sekali background ilmu psikologi.
Misalnya saja salah satu blog psikologi yang ternyata setelah ditelusuri
background pendidikannya adalah keguruan. Tentu tidak nyambung bukan.
Itulah 3 hal yang menjadi
penyebab utama miss persepsi tentang ilmu psikologi dan profesi psikolog yang
ada di tengah masyarakat. Semoga dari ulasan diatas dapat menjadi wawasan kita
lebih lanjut.
Penulis adalah founder lautanpsikologi.com
Penulis buku Sharing-mu, Personal Branding-mu
Untuk korespondensi silahkan untuk menghubungi di tamimyf@yahoo.com
terimakasih informasinya, bagus
ReplyDelete