Kemiskinan telah lama di alami oleh seorang ibu dan anaknya. Ia baru saja ditinggal mati oleh suaminya yang terkena sakit kronis. Waktu itu usia anak lelakinya baru menginjak usia 4 tahun.
Ditengah kondisi sulit, tak ada pilihan lagi selain ia harus bekerja dengan giat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Siang malam ia bekerja demi anak satu-satunya dan menjadi kebanggaannya.
Walaupun keterbatasan dirasakan oleh sang ibu, namun ia memiliki tekad dan cita-cita bahwasanya masa depan anaknya tidak boleh terhambat karena masalah kemiskinan. Ia pun menyekolahkan anaknya agar dapat menjadi orang yang sukses.
Menjadi pembantu, tukang parkir, dan apapun ia kerjakan agar bisa mendapatkan uang tambahan makan dan menyekolahkan anaknya. Tak terasa usianya semakin tua. Tak terasa kekuatan dan kebugaran dahulu yang ia miliki dalam mencari uang tak lagi ada.
Kini ia hanya menyisahkan pekerjaan menjual gorengan di depan rumah. Beruntungnya anak laki satu-satunya baru saja dinyatakan lulus perguruan tinggi negeri. Sang anak pun izin untuk merantau ke kota guna merubah nasibnya.
Anak itu pun merantau, mereka pun berpelukan dalam haru dan tangis. Pelukan hangat seorang ibu kepada anak yang ia banggakan. Kini diusianya yang sudah tak lagi muda ia tinggal sendiri. Satu tahun hingga 2 tahun tak ada kabar anaknya.
Ia menanti dan menunggu sembari menjaga jualan gorengan yang sepi di depan rumahnya. Walaupun begitu ia tetap menanti dengan rasa kangen yang tiap harinya bertambah-tambah. Terkadang tak sadar air matanya meleleh membasahi pipi mankala ia berdoa agar anaknya sukses dan hidup nyaman.
Suatu kali ia rindu sekali dengan sang anak, yang diketahui tempat tinggalnya. Tak hanya itu saja sang anak semenjak 3 tahun meninggalkan ibunya telah hidup enak dan nyaman. Ibunya pun pergi, dengan berbekal alamat yang ia ketahui dari tetangga yang kebetulan juga perantau dan mengetahui alamat anaknya.
Dengan kebahagiaan yang memancar sang ibu itu pun tak mempedulikan sakit pinggang yang ia rasakan. Dalam hatinya hanya satu, bertemu dengan anak lelakinya yang ia sayangi.
Sesampainya di alamat yang dituju, nampak kebanggaan orang tuanya dimana anaknya ternyata telah sukses dengan kehidupannya. Saat ia mengetuk pintu, banyak rekan-rekan yang kebetulan hadir. Saat itu anaknya mengadakan sebuah pesta syukuran atas promosi jabatan yang ia dapatkan.
Melihat ibunya datang dengan pakaian yang jelek, muncul rasa malu. Karena takut diektahui temannya, ia pun mencoba mengusir ibunya sendiri. Sang ibu yang bingung dengan apa yang terjadi hanya mematung. Dan sang anak pun naik pitam lantaran sang ibu hanya diam saja, ia pun menendang ibunya hingga tersungkur.
Menangis sedih lah sang ibu, dan dengan keletihan yang ia rasakan dan sakit pinggang yang semakin menjadi berusaha bangkit dan meninggalkan anaknya.
Setahun telah berlalu semenjak kejadian pilu ditendang dan diusir anaknya membuat hatinya sakit. Walaupun begitu, ia tidak dendam dengan anaknya, bahkan tetap mencintainya. Terdengar kabar, sang anak mengalami musibah dimana rumahnya terbakar beberapa hari yang lalu, dan menjadi gila.
Mendengar itu, sang ibu pun tak tega dan datang kembali untuk menjenguk anaknya. Dan betapa bersedihnya sang ibu melihat sang anak yang menjadi gila. Dalam ketulusan cinta ia pun memeluk erat anaknya dan kembali merawatnya.
Sebuah kasih sepanjang masa dari seorang ibu yang tangguh penuh limpahan cintanya.
No comments:
Post a Comment