Memiliki banyak followers bagi sebagian orang adalah dambaan. Terkhusus kalangan millennial dan generasi z, dimana followers ibarat sebuah privilege. Adapun privilege yang dimaksud bisa berkaitan dengan hubungan sosial, ekonomi, hingga pengaruh relasi dalam berkawan.
Demi
meningkatkan followers beragam cara ditempuh dalam membuat konten yang sekiranya
mampu memikat para pengguna. Karena memang salah satu variabel yang dapat mendorong
meningkatnya jumlah followers adalah konten yang dimiliki.
Semakin
menarik minat pengguna lain untuk menyimpan dan membagikan, maka semakin
cepatlah sebuah konten mendapatkan tempat di halaman depan pengguna media
sosial. Bahkan jika orang tersebut tidak mengikuti akun pemilik konten, ia
masih bisa melihat konten tersebut dan melihat profil pemiliknya, selama
pemiliknya tidak mengunci profil media sosialnya. Banyaknya orang yang
membagikan dan melihat, inilah yang dikategorikan sebagai sebuah konten viral.
Konten Negatif Semakin Marak
Jika
melihat unggahan viral di beberapa media sosial semacam TikTok, reels
instagram, terkadang membuat bingung, dimana konten “jogged” semi menampakkan
bagian sensitif, pamer kekayaan, penggerebekan perselingkuhan, penampakan hantu
setingan, hingga konten membahayakan diri justru mengalahkan view konten yang
dikemas dengan editing baik, konsep rapi, dan materi mendidik.
PROMO MINYAK GORENG DISKON GA ADA OBAT
Bahkan
yang semakin membuat miris, konten settingan tersebut terkadang dijadikan rujukan
banyak media online sebagai sumber berita. Dan akhirnya membuat empunya menjadi
terkenal.
Sejauh
ini, pemerintah dalam hal ini kominfo telah melakukan pemutusan akses terhadap
565.449 konten yang disinyalir mengandung konten negatif sepanjang tahun 2021
lalu. Tentu angka ini bukanlah angka yang sedikit. Jika tidak ditangani dengan
baik, angka tersebut akan bertambah seiring dengan kecepatan laju penyebaran
yang eksponensial saat viral.
Mengapa Orang Gemar Mengunggah Konten Negatif
Dalam
sebuah penelitian yang dilakukan oleh Stsiampkouskaya dan kawan-kawan tahun
2021 dengan judul “Imagined Audiences,
Emotions, and, Feedback Expectations in Social Media Photo Sharing” dalam Social
Media + Society menemukan bahwa respon emosional dari audience, memberikan
pengaruh kepada seseorang dalam membuat konten di media sosial. Penelitian ini
juga menemukan bahwa seorang individu terdorong untuk mendapatkan umpan balik
dari konten yang dibuatnya. Jika umpan balik yang diterima melebihi harapan,
maka individu akan mengalami kebahagiaan. Akan tetapi jika umpan balik yang
diterima gagal memenuhi harapan ia akan kecewa.
Mekanisme
coping yang dilakukan jika seseorang
individu mendapatkan kegagalan dalam hal umpan balik ada dua, yang pertama
adalah menarik diri atau enggan memposting lagi, dan yang kedua adalah
memposting ulang dengan memperbaiki gaya dalam konten yang diproduksi.
Artinya
seseorang akan terdorong mengunggah konten negative, disebabkan adanya umpan
balik berupa like, komentar, dan share yang diberikan pengguna lainnya. Begitu
pula dengan pertambahan jumlah followers yang siginifikan sebagai imbas
viralnya konten yang dibuat. Hal tersebut, menjadi semacam validasi sebuah dukungan
yang mana hal itu bisa jadi tidak ia dapatkan di kehidupan nyata.
Perasaan
didukung ini juga membuat hormon endorphin aktif. Sebagaimana diketahui bahwa
hormon endorphin adalah hormon yang berfungsi mengurangi rasa sakit, dan
memberikan perasaan bahagia. Dan setiap orang akan selalu terdorong untuk
mencari sesuatu hal yang membuat dirinya bahagia.
Selain
itu, ada sebuah anggapan bahwa dengan memposting hal diluar norma sosial dapat
meningkatkan jumlah view, karena hal tersebut dianggap sebagai sesuatu yang
unik atau berbeda. Hal inilah yang menjadi sabab musabab, sebagian orang
akhirnya menghalalkan segala cara memproduksi konten yang memiliki potensi
viral hingga menarik banyak followers.
Menarik Follower Dengan Elegan
Sejatinya
kita harus memahami bahwasanya, tidak semua konten yang dibuat di media sosial
itu haruslah viral. Pun ke viralan yang di miliki sebuah konten, tidak semuanya
mampu menumbuhkan minat orang lain untuk memencet tombol “ikuti”. Sebagian
besar mereka yang akhirnya tertarik untuk menjadi followers pun biasanya hanya
disebabkan motif “penasaran” yang sifatnya hanya sementara.
Jika
rasa penasaran telah terpuaskan, sedangkan konten yang diproduksi hanya sebatas
kontroversi atau hal negatif, toh pada akhirnya membuat bosan. Untuk menarik
followers sebenarnya bisa dilakukan dengan cara yang lebih apik tanpa harus
mengorbankan diri, salah satunya adalah dengan membagikan seputar hobi,
kemampuan, atau history dengan penjelasan yang memiliki value tambah. Misalnya
kita hobi game kita bisa membagikan tutorial agar bisa menang terus, hobi
jalan-jalan kita bisa memposting sebuah tempat dengan historis tempat yang kita
singgahi, dan lain sebagainya.
Dengan
memberikan value pada postingan yang dibuat, bukan hanya berpartisipasi menjaga
kondusifitas jagat maya dari hal negatif, namun juga menguntungkan di masa mendatang.
Salah satunya adalah personal branding positif yang terbentuk hingga
meningkatkan kepercayaan. Manakala kepercayaan terbentuk, jadilah sebuah
peluang yang menguntungkan.
Untuk jasa pembuatn artikel Opini dapat menghubungi azafirtium@gmail.com, dengan subjek (pesan artikel opini)
This sheet metallic materials is both hot-dip galvanized steel or galvannealed steel, which is galvanized and then annealed. With the air bending method, have the ability to|you probably can} obtain bend angles anywhere between 90° and 180°. Cold galvanized steel has a zinc precision machining coating painted to the steel floor to protect it from corrosion. The coating will present both a barrier safety and a galvanic safety to assist extend the lifetime of the product.
ReplyDelete