Suatu kali seorang pemuda bercita-cita ingin menjadi seorang pahlawan tenis meja bagi mesir. Disamaikanlah cita-cita tersebut kepada orang yang sangat ia hormati sembari berharap mendapatkan motivasi atas apa yang menjadi impiannya tersebut. Namun nahas, impian yang ia harapkan mendapat support agar tercapai justru diremehkan orang yang sangat ia hormati, seraya tertawa lepas.
Peristiwa tersebut membuat psikologisnya terguncang, membangkitkan rasa insecure pada diri, bahkan menjadikan peristiwa itu terngiang-ngiang di benaknya hingga membuat kesulitan untuk tidur. Ia merasa seperti baru saja dicuri impiannya. Namun seiring berjalannya waktu, ia bertemu dengan seorang pelatih yang mampu memberinya semangat dan mengambil kembali impian yang telah dicuri. Hingga akhirnya ia pun berhasil menjadi juara mesir, dan ia menjadi salah satu pemain timnas Mesir yang tampil kejuaraan dunia tenis meja di Jerman Barat pada tahun 1969. Dialah Ibrahim El Fiqi yang juga seorang motivator muslim dunia dan penulis buku Best seller Terapi Berpikir Positif.
Tanpa disadari banyak pencuri mimpi yang ada di sekitar kita. Atau mungkin, tanpa disadari, kita sendiri yang menjadi pencuri mimpi tersebut bagi orang lain. Dan bahkan menjadi pencuri mimpi bagi buah hati kita. Entah itu lewat ucapan, perbuatan, hingga gesture dan respon yang kita perlihatkan.
Impian anak yang begitu mulianya harus pupus, akibat tidak supportnya respon orang tua saat berkomunikasi dengan anak-anaknya. Pupusnya impian tersebut apabila terus dibiarkan, dapat berdampak pada kurangnya kepercayaan diri, mematikan kreatifitas, dan secara kolektif banyaknya dapat berimbas pada menurunnya produktifitas, inovasi hingga daya saing sebuah bangsa.
Penting sekali untuk memperhatikan ucapan dalam setiap tindakan yang kita lakukan. Karena ucapan yang dianggap biasa bagi kita, belum tentu sama redaksinya di telinga orang yang mendengarnya. Bahkan untuk sekedar bercanda, ada baiknya untuk memperhatikan orang yang kita ajak bercanda. Karena level respon seseorang terhadap sebuah candaan itu berbeda-beda.
Hal ini pula lah yang saya lihat menarik dalam sebuah pembinaan di lembaga pemasyarakatan bagi para narapidana. Suatu kali saya pernah melakukan sebuah assessment resiko internal di Lembaga Pemasyarakatan terhadap tahanan yang baru masuk. Dimana disana saya menemukan beberapa narapidana yang masuk ke dalam Lembaga Pemasyarkatan sebagian besar memiliki problem dalam interaksi dengan keluarganya.
Problem di dalam keluarga tersebut, akhirnya membuat mereka melakukan semacam pelarian guna menemukan orang-orang yang lebih menghargai diri mereka. Celakanya, tidak semua orang yang mampu membuat nyaman dan menghargai adalah orang yang baik-baik saja. Bahkan mereka pun adakalanya merupakan orang yang memiliki “problem” dengan dirinya sendiri yang terbiasa melakukan pelanggaran norma ataupun hukum untuk mencari kebebasan, kesenangan, hingga pelampiasan atas masalah yang dihadapinya. Inilah yang akhirnya menular, kepada para narapidana yang melakukan tindak pidana pelanggaran hukum. Karena sifat dari pengaruh kelompok, sangat berperan penting dalam menggerakan atau bahkan mengubah sebuah perilaku seseorang yang berada dalam kelompok tersebut.
Oleh karenanya dalam sistem pembinaan dalam lembaga pemasyarakatan penting sekali adanya sebuah langkah pembinaan yang mampu untuk
Menjaga Mimpi Generasi
Memiliki mimpi adalah sebuah hak yang dimiliki oleh setiap manusia. Karena dengan mimpi orang memiliki fondasi tujuan dalam hidup. Bisa jadi apa yang terjadi adalah hasil dari mimpi yang dibangun di masa yang lalu. Johann Wolfgang Von Goethe (1749-1832) seorang sastrawan besar Jerman mengatakan bahwa “Mengetahui saja tidak cukup, kita harus menerapkannya; berkeinginan saja tidak cukup, kita harus bergerak. Jika mimpi adalah jiwanya, dan tindakan adalah raganya.
Jika memang kita tidak mampu mendukung setiap mimpi orang lain, akan lebih baik untuk berusaha diam tanpa mengeluarkan komentar yang mematahkan mimpi orang lain. Rasulullah sendiri pernah bersabda dalam Bukhari dan Muslim “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaknya ia berkata yang baik atau diam”
Jika budaya saling menjaga mimpi antar saudara sebangsa dan setanah air mampu untuk diimplementasikan, dimulai dari individu kecil dalam keluarga, kelompok masyarakat, hingga antar suku budaya maka bukan tidak mungkin, kejayaan sebuah bangsa akan tercipta.
Kemerdekaan yang kita rasakan saat ini pun merupakan buah dari mimpi founding father yang di jaga dengan ucapan, ditautkan dengan perasaan, dimplementasikan dengan perbuatan hingga berbuah kemerdekaan
No comments:
Post a Comment